banner 970x250
PT Timah

Kualitas dan Kadar Sn Jadi Penentu Utama Harga Bijih Timah di Penambang

×

Kualitas dan Kadar Sn Jadi Penentu Utama Harga Bijih Timah di Penambang

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi pasir timah dari kegiatan tambang rakyat.

BANGKA, OkeyBung.com Harga bijih timah di kalangan penambang rakyat ternyata beragam. Meski PT Timah Tbk sudah menerapkan sistem pembayaran yang transparan lewat skema Nilai Imbal Usaha Jasa Penambangan (NIUJP), harga di lapangan tetap berbeda-beda.

Perbedaan ini bukan karena permainan harga, tapi lebih pada kualitas bijih timah yang memang tidak sama di setiap lokasi tambang.

Di beberapa titik tambang rakyat, harga bijih timah basah bisa lebih rendah dibanding wilayah lain. Seperti yang dialami Awan (25), penambang di Perairan Matras, yang mendapat bayaran sekitar Rp75.000–Rp100.000 per kilogram.

“Timah saya dibeli sekitar Rp75.000–Rp100.000 karena memang hasil timahnya bisa dibilang hasil lowgrade. Kami menambang di bekas beroperasinya KPI jadi semacam timah tailing,” ujar Awan.

Meski begitu, Awan mengaku tidak keberatan. Ia sadar bahwa harga jual sangat bergantung pada kualitas logam Sn (Timah) yang dikandung bijihnya.

“Kita tahu barang kita bagus atau tidak. Jangan maksa tinggi kalau tahu hasilnya jelek. Bisa-bisa CV enggak mau beli,” katanya jujur.

Kini, Awan menyebut ada sedikit kenaikan harga, yakni Rp90.000–Rp100.000 per kilogram, membuat penghasilannya lumayan membaik. Dalam sehari, ia bisa membawa pulang sekitar Rp150.000, meski jumlah itu tak menentu.

“Kadang dapat banyak, kadang sedikit. Kerja di laut ini tergantung rezeki dan cuaca,” ujarnya.

Berbeda dengan Faisal, penambang di Kawasan Rebo, yang justru menikmati harga lebih tinggi. Ia menyebut mitra PT Timah membeli hasil tambangnya dengan harga Rp160.000–Rp170.000 per kilogram, dan harga itu stabil beberapa minggu terakhir.

“Sekarang nambang lebih tenang, karena mitra PT Timah beli stabil di Rp160.000. Cukup buat kebutuhan rumah tangga, bahkan bisa nabung sedikit,” kata Faisal.

Namun, Faisal berharap nilai imbal jasa penambangan bisa terus naik hingga Rp200.000 per kilogram agar penambang lebih sejahtera.

“Kalau harga naik lagi, bisa lebih lega. Kadang juga dapat timah kuning, harganya memang lebih rendah,” tambahnya.

Secara teknis, variasi harga di lapangan disebabkan oleh perbedaan kadar Sn (Timah) dalam bijih. Faktor seperti lokasi tambang, jenis tanah, teknik pencucian, dan kadar pengotor sangat menentukan nilai jual. Bijih dengan kadar Sn tinggi akan dihargai lebih mahal karena menghasilkan logam lebih banyak dan bersih.

Selain kadar, kebersihan material juga berpengaruh besar. Semakin sedikit campuran pasir dan mineral lain, semakin tinggi nilai yang bisa diterima penambang dari mitra perusahaan.

Fenomena perbedaan harga ini bukan bentuk ketimpangan pasar, melainkan konsekuensi logis dari kualitas hasil tambang yang bervariasi. (*)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *